Koperasi sebagai salah satu tiang penyangga perekonomian nasional diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor riil. Bahkan kini koperasi telah hadir sebagai “Sokoguru” pelaku ekonomi. Salah satu indikator kuat, dari 52,7 juta pengusaha, 99,9 persen merupakan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang semuanya bergerak di sektor usaha mikro dimana 177.483 unit koperasi termasuk di dalamnya.
Hal itu dikemukakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan kepada wartawan Berita Indonesia Samsuri dan Bantu Hotsan dalam wawancara di kantornya di Rasuna Said, Jakarta (22/3/2011). Dijelaskan, salah satu upaya yang tengah dilakukan dalam program Kementerian Koperasi dan UKM dalam memperkuat peranan koperasi adalah menciptakan koperasi-koperasi berskala besar dengan harapan dapat menjadi pemain.
Caranya dengan menempatkan tiga koperasi di setiap provinsi sebagai ikon koperasi Indonesia. Nantinya dari 99 koperasi berskala besar tersebut diharapkan akan mampu bersaing dengan perusahan-perusahaan nasional maupun internasional. Berikut petikan wawancara soal perkoperasian tersebut.
Kami melihat perkembangan yang cukup signifikan pada perkembangan UKM seperti banyaknya bank dari luar negeri yang memberikan bantuan terhadap UKM?
Bukan bantuan, tapi pinjaman. Kalau bantuan itu dikasih aja, kredit begitu.
Itu artinya bahwa pasar, demand (permintaan) kita itu sangat menjanjikan dan demand itu sangat besar. Bayangkan saja ada 237 juta rakyat Indonesia, inikan merupakan demand yang besar. Kemudian ada sekitar 52,7 juta pengusaha UKM dan 99,9 persen itu ‘kan dari sektor mikro. Jadi dapat dibayangkan demand yang ada kemudian disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus, sehingga sangat menarik bagi investor.
Hal ini sangat memungkinkan karena sumber daya alamnya sangat banyak, sumber daya manusianya banyak. Selain itu, pemerintah juga selalu memberikan kemudahan. Jadi dengan demand yang ada, kemudian dengan opportunity yang bagus mengakibatkan kebutuhan. Dan sektor UKM ini menjadi incaran bank-bank yang besar. Jadi kalau ada bank-bank luar negeri yang ikut bermain di mikro, yaitu karena ia melihat semua itu.
Sejauh ini realisasinya sudah ada?
Kalau data-data yang ada bagus. Kreditur saja sudah hampir 38 triliun rupiah. Tahun kemarin saja kita ada 17,22 triliun rupiah. Padahal kita kerja itu hanya sekitar 3 kuartal, tidak satu tahun. Banyaknya program-program dari pemerintah juga. Jumlah pengusaha, para debitur juga meningkat. Dalam rentang waktu tiga tahun meningkat hampir 4,5 juta. Jadi sangat prospektif sekali.
Dari pekembangan yang ada, sejauh mana peran UKM dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan domestik?
Sangat tinggi. Kemarin saja tingkat kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional 56,5 persen. Kalau dengan asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi hanya 5,9 persen, tahun 2010 itu pasti lebih tinggi lagi. Karena tingkat pertumbuhan ekonomi 2010 lebih besar dari tingkat pertumbuhan ekonomi 2009. Begitupun dengan pertumbuhan ekonomi 2011 ini, pasti akan semakin tinggi. Pada tahun 2009 saja 56,5 persen, apalagi nanti.
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi semakin bagus?
Ya, dilihat dari pertumbuhan ekonomi, jumlah pengusaha UKM dan koperasi serta pengusaha mikro juga semakin meningkat. Itu pasti, output atau hasilnya juga pasti meningkat.
Sekarang kalau bicara tentang UKM ini tidak lepas dari berbagai pihak agar lebih berkualitas dan perlu dibuktikan.
Sejauh mana UKM atau Koperasi lebih berkualitas, baik produksinya, inovasi dan hal-hal lain yang masih banyak menentukan?
Jadi yang penting, di samping kuantitas yang kita kejar, kualitasnya juga perlu. Dua-duanya perlu, kenapa? Dari segi kuantitas rakyat kita ‘kan banyak. Kemiskinan masih tinggi 13,3 persen. Kemudian pengangguran juga masih tinggi 7,1 persen. Ini harus ditekan semua.
Kalau ini ditekan semua tentunya kita harus memperluas scope-nya. Sembari memperluas scope-nya kita harus memperdalam, harus ada peningkatan kualitas dan kapasitas. Karena persaingan yang semakin tinggi, baik persaingan dalam negeri maupun dari pasar global. Apalagi dunia sekarang, pasarnya sudah terbuka. Jadi kualitas perlu, tetapi kuantitas juga perlu.
Jadi kalau bisa harus berbarengan ya?
Harus berbarengan.
Sejauh ini untuk UKM, yang menjadi kendala yang cukup signifikan apa sebenarnya?
Kendalanya yang paling signifikan yaitu akses untuk kredit, akses ke bank. Kedua adalah pemasaran. Sedangkan akses untuk kredit kita sudah mulai ada kredit usaha rakyat. Bantuan-bantuan dari kementerian sudah mulai dibenahi, diatasi satu-satu. Sehingga kredit usaha rakyat sudah mulai bagus. Kemudian pemasaran juga sudah mulai bagus.
Smesco UKM yang kita berikan, semua pelaku UKM kita suruh untuk melakukan eksibisi di sana. Ke luar negeri juga membawa mereka (pelaku usaha-red). Jadi constraint, hambatan yang terjadi itu, satu-satu dibenahi, khususnya ekses kepada pembiayaan sama pemasaran.
Kekuatan dari koperasi maupun UKM ini tidak terlepas dari jaringan yang ada. Sejauh mana upaya yang dilakukan untuk memperkuat ekspansi dalam negeri maupun ke luar negeri yang sudah dibangun kementerian?
Agak beda mungkin ya… persepsinya. Kalau jaringan itu ‘kan diartikan masih bagian dari kita. Sementara ke luar negeri, bukan. Jaringan kita harus membuka network kerjasama dengan institusi yang menyangkut pemasaran. Membuka akses dengan pasar duluan, harus melakukan kerjasama dalam melakukan eksibisi dan sebagainya. Terus menerus, tidak bosan-bosan untuk melakukan sosialisasi pemasaran. Hal yang sama juga dilakukan dalam negeri. Semua produsen harus rajin-rajin melakukan sosialisasi. Pemerintah juga mendukung dengan memberikan akses jaringan maksudnya. Kemudian konsumen juga harus membantu. Kalau khusus untuk produk dalam negeri harus mencintai produk dalam negeri dibandingkan dengan produk luar. Itu juga membantu.
Terus untuk persaingan tingkat global?
Kalau untuk persaingan tingkat global pertama, harus ada kesiapan kualitas. Kalau untuk koperasi dan UKM saya mengharapkan tidak harus muluk-muluk. Lebih bagus harus menguasai pasar dalam negeri saja dulu. Pasar yang ada dalam negeri oleh pelaku usaha koperasi dan UKM betul-betul bisa dikuasai, sebagai market leader dalam negeri. Kalau koperasi dan UKM itu memiliki akses kapasitas untuk bermain di pasar global, kita dorong.
Tapi di antara itu, ada yang sudah bermain?
Sudah ada, kita bawa ke luar negeri untuk pameran. Sudah mulai banyak, tapi tentunya kita selektif sekali. Jangan sampai ke luar negeri malah bangkrut.
Ada indikator bahwa pertumbuhan secara makro itu sangat bagus. Tapi pertumbuhan secara mikro, khususnya di sektor riil itu, kurang mendukung secara maksimal. Bagaimana peran koperasi agar mampu mendukungnya secara maksimal?
Kalau mau lihat pertumbuhan ekonomi harus dilihat secara komprehensif. Dilihatlah pertama, pertumbuhan telekomunikasi, infrastruktur, perkebunan, pertanian, jasa keuangan berapa persen. Pertanian ini ‘kan kebanyakan usaha mikro di situ. Begitu juga dengan perdagangan. Kalau kita lihat sektor kredit, sekarang kita lihat usaha mikro. Kredit yang disalurkan kepada usaha mikro itu, banyakan mikro atau banyak yang gede? Jadi harus ada parameter yang terukur.
Kemudian jasa keuangan berapa persen. Jasa keuangan itu yang paling tinggi ada dimana? Di bursa, nah…bursa ini yang bukan mikro. Jadi dari paramater semua itu, dimana mikronya, dimana yang bukan mikro. Jadi membaca pertumbuhan ekonomi harus secara komprehensif. Keliru kalau ada yang mengatakan kalau tingkat pertumbuah mikro itu tidak disertai dengan kualitas. Cukup bagus. Karena apa? Sebanyak 99,9 persen itu kebanyakan dikuasai oleh koperasi dan UKM. Sementara tingkat pertumbuhan ekonomi kita semakin bagus.
Ada harapan bahwa koperasi, suatu saat menjadi sokoguru perekonomian nasional?
Sekarang sudah jadi sokoguru. Sekarang karena 99,9 persen itu adalah kebanyakan UKM yang termasuk di dalamnya koperasi. Koperasi ada 177.483 unit. Bisa dibayangkan baik dari segi kuantitas, UKM sama koperasi. Jadi sudah menjadi sokoguru, mereka pelaku ekonomi. Karena mereka pelaku, maka bisa dikatakan sebagai sokoguru perekonomian Indonesia.
Sekarang ada pemikiran-pemikiran berkembang seperti ekonomi liberal yang mempengaruhi terhadap ekonomi kerakyatan. Sementara di sisi lain, koperasi lebih banyak karena mengarah kepada ekonomi kerakyatan. Bagaimana dampak ekonomi liberal ini, apa tidak ada kekhawatiran karena pondasi perekonomian nasional akan hilang?
Kenapa mesti takut ekonomi liberal. Yang salah itu kalau kita mengadopsi semua ekonomi liberal, itu yang salah. Kalau sepanjang itu bagus untuk kepentingan rakyat, kenapa tidak? Koperasi itu memangnya hanya ada di Indonesia saja. Koperasi juga lahir di Eropa. Koperasi di Amerika juga maju, negara liberal. Tetapi koperasi yang ada di sini kita adopsi sesuai dengan kultur kita.
Ekonomi liberal itu ada bagusnya. Kata siapa ekonomi liberal itu jelek semua, ada bagusnya. Ada ekonomi yang selalu diproteksi. Siapa bilang ekonomi yang menyangkut proteksi itu, jelek semuanya. Ada juga pentingnya, karena ekonomi yang memerlukan intevensi, itu juga demi kepentingan rakyat.
Jadi ekonomi yang kita bangun di Indonesia ini adalah ekonomi yang menganut paham kedua-duanya, ekonomi tengah. Apa yang bagus untuk rakyat di ekonomi liberal kita ambil. Apa yang bagus di ekonomi yang memerlukan intervensi dari pemerintah juga kita ambil. Dikenal dengan ekonomi komunis, ekonomi terpimpin yang dikontrol oleh pemerintah. Kalau ekonomi liberal di pasar dibebasin. Kalau ini dikontrol, semuanya kita ambil, kita serap.
Mungkin ada yang menjadi cita-cita Bapak terhadap koperasi ini agar menjadi kekuatan yang paling unggul?
Saya menginginkan koperasi Indonesia itu betul-betul, bukan sebagai pemain yang skala kecil atau menengah. Ke depan koperasi itu, bisa juga bermain di kelas atas. Sehingga kami memiliki program di sini menciptakan koperasi-koperasi yang berskala besar. Kami di sini menciptakan minimal di setiap provinsi itu ada tiga koperasi yang benar-benar sebagai ikon koperasinya Indonesia. Nantinya ada 99 koperasi di Indonesia, betul-betul bisa bersama-sama bersaing dengan perusahan-perusahaan nasional maupun perusahaan internasional di Indonesia. Kita harapkan bisa begitu.
Kapan implementasinya?
Kita sudah jalan.
Mungkin ada daerah tertentu yang sudah mulai menonjol?
Oh… banyak. Contoh saja, koperasi yang ada di Pekalongan, asetnya sudah hampir Rp 2 triliun. Salah satu koperasi Kalimantan Barat, sudah Rp 500 miliar. Kemudian di Jakarta ada koperasi karyawan PGRI, di Jawa Tengah, Nasari hampir 800 miliar. Kemudian di pondok pesantren Jawa Timur, Koperasi Sidogiri Rp300 miliar. Jadi banyak. Suatu saat nanti kita akan menciptakan koperasi-koperasi yang begitu besar, kita dorong.
Harapan untuk kondisi perekonomian Indonesia?
Saya berharap membangun bangsa ini ada kebersamaan ke depan. Siapapun dia, dimanapun, apapun statusnya, mari sama-sama kita bangun ekonomi dan bangsa kita ke depan. Karena sekarang ini kita sudah mulai bagus. Dunia luar mengakui bahwa apa yang kita lakukan, pembangunan ekonomi, politik, sosial, itu sudah bagus. Ini harus dipelihara dan dijaga. Harus ada kebersamaan untuk membangun bangsa. Kalau dilakukan maka tidak mustahil tahun depan itu, lima atau sepuluh tahun lagi, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang terbesar di dunia.
***
sumber: beritaindonesia.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar